Kamis, 01 Oktober 2009

Agama Dalam Kehidupan Manusia



Siapapun orangnya, rakyat biasa atau pembesar, dan apapun agamanya pasti tidak terlepas dari yang namanya aturan. Tiap agama menuntut kepada setiap penganutnya untuk selalu berada dalam aturan agama yang dianutnya. Karena itu, agama memberikan batasan dan mengatur kehidupan penganutnya.

Seseorang yang dalam kesehariannya tidak di batasi dengan adanya aturan, niscaya hidupnya bagaikan kapas yang tertiup angin. Dalam arti, hidup orang tersebut tidak mempunyai arahan yang jelas.

Menurut Hafidz Abdurrahman dalam bukunya Islam Politik Dan Spiritual menyatakan bahwa manusia adalah hewan, sama dengan hewan yang lain. Jika hewan yang lain mempunyai kebutuhan jasmani dan naluri, maka manusia juga demikian. Bedanya manusia diberi akal, sedangkan hewan yang lain tidak.

Mengenai bukti-bukti bahwa manusia mempunyai akal, sedangkan hewan yang lain tidak, nampak dari perbedaan yang terdapat pada kehidupan masing-masing hewan tersebut.

Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak. Sehingga jika kita ingin melihat lebih jauh implikasi dari akhlak yang baik adalah seseorang akan lebih mengetahui betapa pentingnya akan adanya aturan dalam agama, yang sebenarnya adanya aturan dapat memberikan batasan mana yang harus dikerjakan dan yang harus ditinggalkan.

Karenanya, ketika seorang Muslim yang ingin menikah lagi, yang memang menurut Islam sendiri itu di perbolehkan namun yang pasti dibalik itu semua tidak terlepas dari aturan yang adil. Menurut Dr Ahmad Satori, adil itu mempunyai tiga makna: adil materi, adil hati, adil jatah.

Namun, dari sudut pandang agama Kristen sebagaimana diungkapkan Rachmat T. Manullang (Pengamat Sosial Keagamaan) hanya menganut paham Monogami, kalaupun dalam perjanjian lama ada Nabi-nabi yang melakukan Poligami itu bukan karena kehendak Allah (Baca: Alah) tetapi karena kekerasan hati manusia itu sendiri.

Memang, selain menjadi identitas diri, agama juga memberikan kepada setiap penganutnya ajaran-ajaran, baik yang berhubungan dengan Sang Pencipta ataupun sesama makhluk hidup. Sehingga apapun pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang baik yang beragama Islam atau Non-Islam, itu semua tidak terlepas dari aturan agama.

Oleh sebab itu, ketika seseorang menyadari akan adanya aturan dalam kehidupan kesehariannya, ia pasti akan mengatur (mengkonsep) akan kegiatan sebelum melakukannya. Dan yang pasti hasil antara orang yang sebelumnya mengatur berbeda dengan sebelumnya tidak mengatur (mengkonsep). Disinilah peran penting agama dalam memberikan aturan kepada para penganutnya, yang jelas-jelas dalam Islam sendiri ketika seseorang ingin bahagia dunia dan akhirat haruslah mengikuti aturan-aturan yang ada pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Ketika Aturan Di Abaikan

Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang seseorang menyimpang dari aturan agama. Dan ia hanya mengabiskan waktunya hanya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang mungkin jauh dari nilai-nilai kebaikan. Dan mungkin juga selama ini seseorang ataupun diri kita sendiri, menganggap aturan adalah sesuatu yang dapat menghalangi keinginan kita dalam bertindak. Lihat saja ketika sepasang insan yang ingin melakukan hubungan suami istri yang sah, pastinya ia terikat dengan adanya tali perkawinan. Namun masalahnya adalah, bagaimana jika seseorang tidak ingin lagi mengikuti aturan agama?

Dan jika kita ingin melihat sejarah raja-raja terdahulu yang mengabaikan akan adanya aturan agama, seperti Fir’aun yang tidak mau menyembah kepada Allah SWT. Dan justru ia malah menganggap dirinya sebagai Tuhan yang merasa paling kuat, paling berkuasa atau Qorun dimana ia juga menganggap harta yang dimilikinya adalah hasil dari usahanya sendiri yang katanya Tuhan tidak ikut campur. Tetapi akhirnya ia juga harus merasakan dahsyatnya azab dari Allah yang dalam meninggalnya jauh dari kewajaran.

Mengenai masalah aturan, aturan juga sangat berpengaruh ketika seseorang berada dalam suatu organisasi. Dimana setiap ketua sampai kepada anggotanya dibutuhkan visi dan misi yang sama, sehingga organisasi yang di kelolanya mempunyai tujuan (arahan) yang jelas.

Namun suatu organisasi bisa saja mengalami kegagalan, jika salah satu dari anggotanya tidak dapat menjalani aturan yang ada dengan baik. Hingga dapat dikatakan, betapa pentingnya aturan dalam kehidupan. Karenanya disadari atau tidak, mau atau tidak memang setiap seseorang harus siap untuk diatur dalam agamanya. Dan yakinlah agama yang kita anut mengatur kepada penganutnya untuk kebaikan diri kita sebagai penganut agama yang sejati.

Saling Menasehati

Islam adalah agama rahmatan lil a’lamin, dimana setiap penganutnya di tuntut untuk selalu menebarkan kasih sayang kepada seluruh makhluk hidup. Kalaupun ada para penganutnya yang melakukan kesalahan, mengabaikan akan adanya aturan itu, yang salah adalah orangnya sendiri bukan kesalahan dari agama yang dianutnya.

Dalam Islam ketika ada para penganutnya yang melakukan kesalahan, sepantasnya seseorang yang sudah mengetahui akan ilmunya segera untuk saling menasehati dalam kebenaran (lihat Qs Al-Ahsr :3).

Begitu indahnya aturan agama Islam yang mungkin secara tidak langsung ketika seseorang melakukan kebaikan, itu pasti ada nilai tambah disisi Allah SWT.

Melihat persoalan sebelumnya yang mungkin sebagian orang menganggap akan adanya aturan justru itu membebani kepadanya, itu adalah sikap yang sebenarnya harus di perbaiki. Dan karenanya, setiap muslim harus mampu mengatakan yang benar walaupun itu menyakitkan baginya.

Akhirnya, ketika seseorang sudah mengabaikan aturan agama yang ada, maka akan nampaklah kerusakan-kerusakan. Sebagaimana terungkap di media massa, banyak orang tak mau tunduk lagi pada aturan agama. Jika aturan agama tak lagi diindahkan, pasti akibatnya akan kembali kepada manusia sendiri.

Ishaq
Mahasiswa FDK UIN Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar